Tips Agar Semangat Belajar Tidak Kendor !!

Bagi siswa – siswi yang merasa sulit untuk menumbuhkan motivasi belajar dalam dirinya, ada beberapa tips yang dapat membantu mempertahankan semangat belajar yang tinggi.
Semangat belajar bukan hanya ketika menjelang ujian sekolah saja, akan tetapi semangat belajar harus terus dipupuk dari seja usia kanak-kanak hingga usia menjelang tua.
Beberapa Tips semangat belajar yang bisa di terapkan di antaranya yaitu :
1. Buat Target
Buat target jangka panjang dan menengah,target jangka panjang yaitu anda ingin menjadi apa atau apa cita-cita anda dan sebagainya. Target jangka menengah yaitu apa yang ingin anda capai dalam 5 tahun atau 7 tahun mendatang, misalkan anda ingin target dalam 5 tahun menjadi seorang professor,maka anda harus focus dan membuat target sebaik mungkin.
2. Buat target target antara
Maksud nya yaitu sasaran lompatan kecil yang menuju ke target jangka menengah dan panjang. Misalkan di dalam sekolah tidak boleh ada mata pelajaran yg di ulang atau remedial, dan contoh lain sebagainya.
3. Pasang target di kamar
Agar selalu di ingat semua target yang anda inginkan, maka lebih baik target anda tersebut di tempel di dinding atau di buat hiasan kamar atau madding kecil di kamar, agar selalu anda lihat dan di ingat ok.
4. Memberi tanda bacaan
Agar semangat anda saat membaca menjadi lebih asyik,maka di dalam tulisan atau buku bacaan anda di beri tanda catatan atau stiker agar mudah di baca ulang dan lebih menarik. Dan anda juga bisa langsung tahu bagian mana yang penting ketika mulai membaca.
Sumber : Redaksi, Informasipendidikan.com , dan anneahira.com

Ganti Kurikulum, Ganti Apanya?

Ganti menteri, ganti kurikulum. Mengapa harus diganti? Apanya yang diganti? Untuk jawab pertanyaan ini, perlu data akurat serta kajian khusus. Lantas, setujukah Anda dengan perubahan kurikulum? Ini bisa panjang pula diskusinya. Apalagi kalau setiap orang bebas ungkap argumentasinya. Faktor subjektivitas akan menggiring kita berdebat kusir, soal lain yang bisa jadi tak menjawab persoalan utama. Karena kontraproduktif, hindarilah.  Penting, apapun perubahan kurikulum yang hendak digagas, kita mesti bersungguh-sungguh dalam proses implementasinya. Satu prinsip, perubahan kurikulum mesti berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan. Tak ada kompromi untuk soal kualitas pendidikan.  Saya cukup tercerahkan ketika mencerna gagasan (Alm) Prof. Dr. Dedi Supriadi tentang relevansi pembaharuan kurikulum pendidikan. Dalam bukunya (2004) “Membangun Bangsa Lewat Pendidikan”, beliau memberikan landasan berpikir yang sangat fundamental dalam mengkaji isu pembaharuan kurikulum. Perubahan, itu sebuah keniscayaan. Yang jadi soal, sikap responsif atau reaktif yang jadi landasan bersikap. Meski diawali huruf yang sama ‘r’, “responsif” dan “reaktif” jelas beda maknanya.  Responsif, sikap yang dilandasi perhitungan matang. Inisiasi perubahan sudah diprediksi jauh-jauh hari. Sedangkan sikap reaktif sangat melelahkan diri sendiri. Mengapa? Bisa jadi kita berubah karena latah dengan pihak luar. Karena latah, kita luncurkan perubahan dengan konsep “cacat sejak lahir”. Naasnya, ide perubahan tak selesaikan persoalan. Khawatirnya malah melahirkan persoalan baru.  Di Indonesia, telah dilakukan beberapa kali pembaharuan kurikulum sekolah, yaitu tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006. Muncul rasa penasaran, berapa sering kurikulum diubah, dan sampai tingkat mana tingkatan perubahan tersebut dilakukan. Dalam kacamata analisisnya, Prof. Dr. Dedi Supriadi membedakan perubahan kurikulum dalam skala besar dan skala kecil. Menurut beliau, perubahan kurikulum dari tahun 1975 sampai 2004 merupakan perubahan kurikulum dalam skala besar dengan mengubah struktur dan materi kurikulum.  Perubahan tersebut membawa serta perubahan pada berbagai aspek dan dimensi pendidikan, seperti guru, sarana penunjang khususnya buku-buku teks, kegiatan belajar-mengajar, evaluasi, dan peserta didik beserta orangtuanya. Hampir dapat dipastikan, perubahan yang bersifat komprehensif dan berskala besar cenderung mengubah arah dan orientasi praktik pendidikan di semua tingkatan, khususnya di tingkat sekolah. Sayangnya, perubahan kurikulum dalam skala kecil belum dilakukan. Perubahan pada skala mikro lebih mengandalkan pada pengalaman para guru dan praktisi pendidikan dalam menerapkan kurikulum.
Sambil kurikulum berjalan sambil terus diperbaiki. Dampak yang diharapkan lebih bersifat inkremental dan gradual, tidak bersifat menyeluruh dan mendadak.  Guru punya ruang kreativitas yang cukup leluasa untuk mengeksplorasi penerapan kurikulum pada lokasi serta konteks sekolah yang berbeda-beda. Tapi ya itu tadi, Prof. Dedi menyebut pemerintah kita dalam kurun waktu perubahan kurikulum 1975 sampai 2004 amat mudah tergoda untuk mengubah dan memperbaharui kurikulum dalam skala luas (mengubah mata pelajaran sekaligus struktur isinya), dengan kurang memperhitungkan apa akibat serta dampaknya bagi peserta didik, sekolah, dan masyarakat. Di halaman 177, beliau tegas menyatakan, “Sebagai orang yang tertarik pada sejarah pendidikan, saya berani mengatakan bahwa jauh sejak Indonesia merdeka tahun 1945 atau lebih khusus lagi sejak program-program Repelita dimulai tahun 1967/1970 tatkala pembangunan pendidikan mulai dilaksanakan secara serius, tiga tahun terakhir sejak reformasi bergulir tahun 1998 merupakan periode paling padat perubahan. Dan tahun 2002 adalah salah satu puncak diluncurkannya berbagai perubahan yang dimaksud”. Jika kita cermati perubahan ekstrim di tahun 2002, beberapa inovasi pendidikan yang mendominasi panggung pendidikan yaitu Pendidikan Berbasis Luas, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Manajemen Berbasis Sekolah, Ujian Akhir Nasional pengganti EBTANAS, pembentukan Dewan Sekolah dan Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota. Setiap pembaruan tersebut memiliki kisah dan problematikanya sendiri. Fenomena menarik di saat itu, perubahan itu umumnya memiliki sifat yang sama, menggunakan kata berbasis (based). Serba berbasis, gejala apa?
Puluhan tahun hidup dalam sistem yang serba sentralistik memberi pengaruh atas lahirnya kebijakan pendidikan yang bersifat top-down. Karena sudah terbiasa “disuapi”, mentalitas dan kemampuan berinovasi menjadi persoalan amat serius. Pendidikan seakan-akan hanya milik pemerintah dan masyarakat “ngontrak”! Pengambilan keputusan seakan-akan hanya milik birokrasi pendidikan. Sekolah dan pengelola pendidikan di tingkat lokal seakan-akan hanya pelaksana belaka dari apa maunya orang di atas.  Persoalannya, pembaharuan kurikulum akan berjalan mulus andai bisa diterapkan di tataran praktis pendidikan. Nah lho, siapa bisa jamin guru dan stakeholders pendidikan paham dan prigel bagaimana cara menerapkan kurikulum di lapangan? Apakah mereka juga punya rasa kepemilikan atas lahirnya kurikulum yang diperbaharui?
Belajarlah membaca tanda-tanda zaman. Prof. Dedi, satu dari sekian banyak orang yang dianugerahi keistimewaan ini. Latar belakang hidupnya sebagai guru, membantu beliau bisa membaca tanda-tanda pembaharuan kurikulum bisa berjalan di tempat. Apa pasal bisa demikian?
Simak pernyataan beliau yang termaktub masih di Buku Membangun Bangsa Lewat Pendidikan, “Sebagian besar guru mengaku, untuk menghafal arti istilah-istilah itu –istilah dalam kebijakan pendidikan yang berbau kata serba berbasis– saja sudah tidak ringan, apalagi melaksanakannya secara serempak, sementara mereka telah begitu banyak dibebani bermacam-macam tugas. Lucunya lagi, cara mengucapkan dan menuliskannya pun kadang-kadang keliru. Misalnya, “based” ditulis “base”, “best”, “bus”. Fullan & Stiegerbauer (1991: 33) dalam The New Meaning of Educational Change mencatat bahwa setiap tahun guru berurusan dengan sekitar 200.000 jenis urusan dengan karakteristik yang berbeda. Dan itu merupakan sumber stres bagi guru. Mungkin tak aneh bila dilaporkan banyak guru mengalami stres dan jenuh (burnout). Akibat lainnya adalah di banyak negara, sebagian besar guru cenderung resisten terhadap perubahan, antara lain karena tugas-tugas rutinnya sendiri telah begitu bejibun”. Inilah cara beliau membaca tanda-tanda zaman.
Mana mungkin perubahan kurikulum bisa diterapkan jika ditangani guru yang stres dan resisten dengan lahirnya perubahan itu sendiri. Catat, tak untuk digeneralisir, pengalaman berjumpa dengan guru-guru di berbagai daerah pasca ditetapkannya Kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), mereka terang-terangan sampaikan masih ada saja yang kebingungan dalam mengimplementasikan kurikulum tersebut.
Bahkan, ketika berjumpa guru-guru di Maluku Tenggara di pertengahan tahun 2009, mereka tanpa malu-malu bilang baru mendengar istilah Kurikulum 2006. Padahal, 3 tahun silam sudah disosialisasikan secara bertahap ke seluruh stakeholders pendidikan di Indonesia. Alamak apa saya tidak stres jadinya. Tragedi semacam ini tak boleh terulang.
Sekarang, di penghujung tahun 2012, kencang berhembus kabar akan adanya perubahan kurikulum yang lebih fokus pada upaya pembentukan karakter. Ada apa lagi dengan kurikulum kita? “Kurikulum” kita kembali jadi korban yang tergugat akibat dari dugaan gagalnya sistem pendidikan mengatasi banyak persoalan.
Mengapa harus kurikulum? Apakah soal kualitas guru, birokrasi yang sehat, akses pendidikan, dan aspek pendidikan penting lainnya sudah selesai dituntaskan? Tas tas tuntas pokoknya. Ingat, persoalan kurikulum tak berdiri sendiri. Ada hubungan saling terkait satu sama lain.
Saya menangkap ada pesan yang hendak disampaikan Prof. Dedi bagi kita semua dalam menyikapi soal perubahan. Apapun namanya, perubahan, inovasi, pembaharuan dan istilah sejenis lainnya menjadi kata kunci yang ditinggikan, diucapkan dengan penuh khidmat, bahkan “diberhalakan” seakan-akan segalanya. Tapi tak berarti itu semua menjadikan kita kehilangan kekritisan dalam menanggapi ide perubahan atau menjadi tak realistis dalam menggagas perubahan.
Perubahan bukan hanya untuk perubahan, melainkan untuk tujuan lain yang lebih tinggi, mulia, dan bermartabat. Perubahan adalah alat, bukan tujuan. Jangan sampai mengalami disorientasi dalam menggagas dan mengelola perubahan, termasuk dalam soal pendidikan.


Sumber : Republika.co.id dan Redaksi

1.000 Guru untuk Bangun Minat Siswa pada TIK

Sebanyak 1.000 guru akan dilatih untuk mempersiapkan 50.000 siswa di sekolah menengah yang ada di seluruh Indonesia agar sukses berkarier sebagai praktisi teknologi dan informasi yang handal. Ini diharapkan bisa menjadi jawaban bagi kebutuhan lokal terhadap tenaga kerja teknologi yang terampil. “50.000 siswa ini tersebar di 500 sekolah yang menjadi tahap awal sasaran program ini. Harapannya sekolah-sekolah ini dapat menjadi sekolah inti yang kemudian menarik sekolah lainnya,” ujar Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Kemendikbud, Hamid Muhammad, di Gedung D Lantai 3 Kemdikbud, Jakarta. Pelatihan ini termasuk dalam program yang disepakati Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan PT Oracle Indonesia melalui nota kesepahaman (MoU) untuk menerapkan Kurikulum Pengenalan Ilmu Komputer Oracle Academy di 500 sekolah. Menurut Hamid, seiring dengan perkembangan zaman, penting bagi Indonesia untuk mempersiapkan generasi yang siap menjawab tantangan global melalui teknologi, informasi dan komunikasi.
“Ini salah satu langkah yang kami ambil untuk mendorong pengetahuan dan minat siswa pada ilmu komputer dan teknologi,” tambahnya. Untuk penyebarannya, Hamid masih akan membahas dengan pihak-pihak terkait sehingga belum diketahui berapa jumlah SMA dan SMK yang akan dijadikan sekolah inti dari 500 sekolah yang disasar program ini.
“Segera akan dibahas untuk jumlah SMA dan SMK yang akan dituju dari kuota 500 sekolah ini,” tandasnya.



Sumber : Kompas.com dan Redaksi

Tips Lulus Dalam SNMPTN

Ujian Nasional sudah di depan mata, Selain mempersiapkan UN, pasti kalian juga sudah mulai mempersiapkan untuk menuju ke tahap berikutnya yaitu SNMPTN. Persaingan untuk masuk ke Perguruan Tinggi Negeri (PTN) itu sangat ketat karena secara umum PTN tetap menjadi pilihan utama sebagian besar lulusan SLTA/SMU jika dikaitkan dengan pertimbangan kualitas dan biaya.
Oleh karena itu, agar dapat masuk ke PTN pilihanmu maka kamu harus dapat mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Ada beberapa tips yang dapat kamu terapkan untuk menembus SNMPTN antara lain :
1.  Minat
Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Jika kamu sudah memiliki minat yang besar pada sesuatu, misalnya minat untuk masuk jurusan Teknik Mesin, maka kamu pasti akan mempunyai kemantapan hati yang tinggi untuk mencapai keinginan tersebut. Oleh karena itu, niatkan dan mantapkan hatimu untuk meraih impianmu tersebut.
2. Penguasaan Materi
Untuk dapat mengerjakan soal-soal SNMPTN, tidak ada jalan lain kecuali harus menguasai materi/konsep dengan sebaik-baiknya. Hindari belajar terlalu keras sehari sebelum ujian dimulai. Persiapkan diri untuk belajar jauh hari sebelumnya agar ketika ujian, otak kamu akan lebih fresh.Berlatihlah untuk mengerjakan soal-soal SNMPTN tahun-tahun sebelumnya. Biasanya soal SNMPTN bersifat standard an sering kali berulang.
Buatlah target yang jelas pada setiap periode waktu untuk tiap-tiap mata pelajaran. Karena begitu banyak materi pelajaran yang harus kalian pelajari, maka kamu harus bisa memahami konsep-konsep dari setiap mata pelajaran tersebut ecara sistematis. Kemudian ukurlah sejauh mana kemampuan yang sudah kamu miliki. Untuk mengtahui seberapa besar kemampuan yang kamu miliki, kamu dapat mengikuti try-out secara berkala atau melakukan simulasi di rumah. Setelah megetahui nilai yang dapat dicapai, barulah tentukan jurusan dan PTN yang kamu anggap paling tepat.
3. Persiapan Teknis
a.  Jangan lupa untuk survei tempat SNMPTN minimal 2 hari sebelumnya. Pada saat hari ujiannya kalau bisa datangjangan terlalu pagi atau terlambat. Kalau terlalu pagi kamu akan bosan menunggu, kalau dating terlambat akan tidak bisa berkonsentrasi dalam mengerjakan soal karena terburu-buru waktu dan bahkan kamu tidak akan diijinkan untuk mengikuti ujian. Waktu optimalnya kira-kira 15 menit sebelum masuk.
b.  Persiapkan kartu ujian, alat tulis seperti pensil 2B (jangan lupa bawa cadangan) penghapus, rautan, pulpen, dan papan ujian (untuk mengantisipasi jika ruang ujian tidak tersedia meja yang memadai.
c.  Pilihlah kursi atau tempat duduk yang nyaman untuk mengerjkan ujian. Pertahankan posisi duduk tegak dan rileks jangan terlalu tegang.
d.  Isi formulir dengan tepat dan hati-hati. Tidak boleh kotor, basah, terlipat atau lecek. Karena formulir SNMPTN akan dibaca oleh komputer sehingga hal-hal tersebut sangat berpengaruh.
e.  Kerjakan soal yang kamu anggap paling mudah terlebih dahulu, baru meningkat ke yang sedang kemudian yang sulit, sisakan waktu minimal 15 menit untuk memindahkan ke lembar jawaban. Jika ada soal-soal yang terlalu sulit, jangan memaksakan diri untuk mengerjakannya, segera pindah untuk mengerjakan soal-soal yang lebih mudah, itu akan lebih baik. Jangan memberikan jawaban asal-asalan lebih baik memberikan kosong dari pada memberikan jawaban yang spekulatif.
f.   Jangan terburu-buru untuk meninggalkan ruangan setelah menjawab semua soal-soal ujian, periksa kembali jawabanmu. Periksa lagi bahwa kamu telah menyelesaikan semua pertanyaan. Baca ulang jawabanmu untuk memeriksa ejaan, struktur bahasa, dan tanda baca (jika terdapat soal essai). Untuk jawaban matematika, periksa kembali bila ada kecerobohan (misalnya salah meletakkan decimal).



Sumber : Redaksi dan engineeringtown.com

Struktur Kurikulum 2013

Dalam teori kurikulum (Anita Lie, 2012) keberhasilan suatu kurikulum merupakan proses panjang, mulai dari kristalisasi berbagai gagasan dan konsep ideal tentang pendidikan, perumusan desain kurikulum, persiapan pendidik dan tenaga kependidikan, serta sarana dan prasarana, tata kelola pelaksanaan kurikulum --termasuk pembelajaran-- dan penilaian pembelajaran dan kurikulum.
Struktur kurikulum dalam hal perumusan desain kurikulum, menjadi amat penting. Karena begitu struktur yang disiapkan tidak mengarah sekaligus menopang pada apa yang ingin dicapai dalam kurikulum, maka bisa dipastikan implementasinya pun akan kedodoran.
iklan4-gbr1
iklan4-tabel1
iklan4-tabel2
Pada titik inilah, maka penyampaian struktur kurikulum dalam uji publik ini menjadi penting. Tabel 1 menunjukkan dasar pemikiran perancangan struktur kurikulum SD, minimal ada sebelas item. Sementara dalam rancangan struktur kurikulum SD ada tiga alternatif yang di mesti kita berikan masukan.

iklan4-tbl2
Di jenjang SMP usulan rancangan struktur kurikulum diperlihatkan pada tabel 2. Bagaimana dengan jenjang SMA/SMK? Bisa diturunkan dari standar kompetensi lulusan (SKL) yang sudah ditentukan, dan juga perlu diberikan masukan.
Tiga Persiapan untuk Implementasi Kurikulum 2013
ADA pertanyaan yang muncul bernada khawatir, dalam uji publik kurikulum 2013? Persiapan apa yang dilakukan Kemdikbud untuk kurikulum 2013? Apakah sedemikian mendesaknya, sehingga tahun pelajaran 2013 mendatang, kurikulum itu sudah harus diterapkan. Menjawab kekhawatiran itu, sedikitnya ada tiga persiapan yang sudah masuk agenda Kementerian untuk implementasi kurikulum 2013. Pertama, berkait dengan buku pegangan dan buku murid. Ini penting, jika kurikulum mengalami perbaikan, sementara bukunya tetap, maka bisa jadi kurikulum hanya sebagai “macan kertas”.
Pemerintah bertekad untuk menyiapkan buku induk untuk pegangan guru dan murid, yang tentu saja dua buku itu berbeda konten satu dengan lainnya.
Kedua, pelatihan guru. Karena implementasi kurikulum dilakukan secara bertahap, maka pelatihan kepada guru pun dilakukan bertahap. Jika implementasi dimulai untuk kelas satu, empat di jenjang SD dan kelas tujuh, di SMP, serta kelas sepuluh di SMA/SMK, tentu guru yang diikutkan dalam pelatihan pun, berkisar antara 400 sampai 500 ribuan.
Ketiga, tata kelola. Kementerian sudah pula mnemikirkan terhadap tata kelola di tingkat satuan pendidikan. Karena tata kelola dengan kurikulum 2013 pun akan berubah. Sebagai misal, administrasi buku raport. Tentu karena empat standar dalam kurikulum 2013 mengalami perubahan, maka buku raport pun harus berubah.
Intinya jangan sekali-kali persoalan implementasi kurikulum dihadapkan pada stigma persoalan yang kemungkinan akan menjerat kita untuk tidak mau melakukan perubahan. Padahal kita sepakat, perubahan itu sesuatu yang niscaya harus dihadapi mana kala kita ingin terus maju dan berkembang. Bukankah melalui perubahan kurikulum ini sesungguhnya kita ingin membeli masa depan anak didik kita dengan harga sekarang.








Kini Siswa SMA Boleh Pilih Mata Pelajaran Layaknya Kuliah

Siswa jenjang SMA tahun depan akan dapat memilih mata pelajaran sendiri sesuai dengan minatnya masing-masing. Pola ini akan serupa dengan yang diterapkan di jenjang perguruan tinggi.
Dirjen Pendidikan Menengah (Dikmen) Kemendikbud Hamid Muhammad mengatakan, saat ini siswa SMA masih terjebak tiga kelompok yakni jurusan IPA, IPS dan Bahasa.
Namun dalam kurikulum tahun depan, penjurusan ini akan dihilangkan dan diganti dengan kelompok peminatan. Ini artinya siswa yang memilih jurusan IPA boleh mengambil mata pelajaran dari jurusan IPS seperti Ekonomi, Sosiologi, Akuntansi dan Sejarah dan begitu pula sebaliknya dengan jurusan IPS dan Bahasa.
Namun pembebasan pilih mata pelajaran diakui Hamid masih belum final karena saat ini revisi kurikulum masih dalam tahap uji publik. "Hampir seluruh sekolah sudah online. Kalau mereka tidak setuju dengan kelompok peminatan, maka silakan beri usulan. Kami dorong ke peminatan karena tidak tertutup kemungkinan anak yang sudah masuk IPA tertarik pelajaran Ekonomi. Padahal anak IPA bagus juga jika mempelajari masalah ekonomi dan sosial sambil memperkuat kemampuan bahasanya," kata Hamid di gedung Kemendikbud, Jakarta, Senin (3/12/2012).
Hamid menerangkan, kementerian melihat sarana prasana di sekolah perkotaan sudah bagus dan juga kebutuhan gurunya sudah terjamin sehingga wacana kelompok peminatan ini tidak akan terkendala. Berbeda dengan sekolah di perbatasan dan daerah terpencil yang masih butuh intervensi dari pemerintah maka tidak akan semudah itu melakukan kelompok peminatan di sekolah masing-masing.
Jika memang wacana ini terlaksana, ujarnya, pemerintah tidak akan tinggal diam karena konsekuensinya harus ada penambahan sarana dan prasarana. Oleh karena itu, penambahan fasilitas itu akan dilihat bukan dari jumlah sekolahnya melainkan jumlah rombongan belajarnya. Selain itu pemerintah akan menambah jumlah guru. Konsekuensinya, jumlah guru mata pelajaran yang tidak diminati siswa akan dikurangi. Namun hal ini akan dibahas lebih lanjut agar tidak menimbulkan konflik pada guru-guru tersebut.
Pada dasarnya, urai Politikus dari Fraksi Golkar ini, dewan meminta agar pemerintah menyusun kurikulum yang tidak membebani sisi kemandirian dan kemampuan siswa. Oleh karena dia meminta pemerintah dan DPR bersama-sama menyusun perubahan kurikulum ini yang sesuai dengan dinamika yang terjadi di masyarakat. “Keinginan publik ini harus tertampung semua. Jangan pemerintah membuat sendiri aturan yang ada sementara guru dan siswanya sendiri tidak siap," jelasnya.
Anggota Tim Inti pada Uji Publik Pengembangan Kurikulum 2013 Said Hamid Hasan menerangkan, kelompok peminatan ini memang diperlukan karena kurikulum di SMA nanti siswa akan mengampu mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan. Oleh karena itu akan nada pengurangan mata pelajaran yang harus diikuti siswa. hal ini akan berdampak pada penambahan satu jam mata pelajaran per minggu akibat perubahan pendekatan pembelajaran ini. "Standar kompetensi siswa SMA harus memiliki kemampuan pikir dan tindakan yang efektif dan kreatif. terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri," tutur Pengamat Pendidikan dari UPI ini. (okezone/3/12/12)

Punya Gadget Layar Sentuh? Hindari Kebiasaan-kebiasaan Ini


Bismillaah,
Kini semakin banyak dijumpai perangkat digital yang dilengkapi dengan teknologi layar sentuh/touchscreen. Terlebih menjelang kemunculan Windows 8, gadget dengan teknologi ini akan semakin menjamur, bukan hanya ada pada tablet PC/all in one PC, teknologi touchscreen akan diterapkan juga pada notebook.
sahabat tentu paham bahwa gadget seperti Acer Iconia Tab Series ditunjang oleh touchscreen. Jadi, perlu perhatian lebih dalam menjaga/merawat gadget berteknologi layar sentuh supaya tetap awet dan tahan lama. Tidak terlalu sulit, tapi yang jelas butuh keseriusan dari penggunanya. Berikut tipsnya:
  1. Jaga gadget berteknologi touchscreen dari benturan
Tips ini sepertinya berlaku untuk semua perangkat digital, tapi gadget berteknologi touchscreen lebih sensitif dibanding gadget lainnya dan bisa mengganggu mekanisme kerjanya jika terbentur. Misalnya jika hendak menyimpan Tablet milikmu, usahakan untuk menyimpannya di tas yang tidak terlalu sempit. Atau bisa juga gunakan case khusus untuk gadget tersebut.
  1. Jangan menunggu baterai drop
Hilangkan kebiasan mengisi baterai perangkat digital pada saat-saat yang kritis. Maksudnya, upayakan untuk menjaga baterai selalu di atas 20%. Kurang dari itu, langsung charge dan jangan menunggu sampai baterai benar-benar habis/mati.
  1. Hindari listrik statis
Perlu diketahui bahwa kekuatan listrik statis bisa membuat lapisan touchscreen bocor. Meskipun gadget milikmu sudah dilengkapi dengan kaca layar sentuh yang mengadopsi sistem anti statis, bukan berarti dapat bertahan selamanya. Oleh karenanya, coba gunakan pelindung berbahan kulit.
  1. Hindari medan magnet
Nah, khusus yang satu ini mungkin sahabat sudah tahu betul apa dampaknya. Yup, medan magnet atau benda-benda yang memiliki elektromagnetik dapat mengganggu sistem layar sentuh.
  1. Upayakan layar sentuh tetap bersih dari kotoran
Hindari kebiasaan menggunakan perangkat digital berteknologi layar sentuh dengan tangan yang sedang kotor, seperti habis makan makanan berminyak. Penumpukan kotoran pada layar dapat menghasilkan lapisan konduktif yang mengakibatkan layar sentuh tidak akurat.
Nah, itulah beberapa kebiasaan yang harus dihilangkan untuk merawat perangkat digital berteknologi layar sentuh. Semoga bermanfaat,aamiin...

sumber : acer.co.id